Tika itu...
aku digenggam kesunyian
Ibarat kapal belayar malam
Menuju pelabuhan sepi tak terusik
hanya untuk satu persinggahan
Bertemankan luka dan derita
Kenangan...
Semuanya menambat rasa
alih rupa pohon kelapa sawit
Tukar wajah ladang getah
Bisa saja menggamit sendu
Rindu lalu bertaburan
Adakalanya...
Hujan gerimis senjakala
bagai bebunga hiba pilu
Di luar jendelaku
Hujan turun tiada melodi
Mentari jua tiada simpati
Andainya...
Aku seorang pelukis
Bersama sebuah kanvas putih bersih
Juga warna-warna yang beraneka
Pasti kucoretkan
Lukisan kegembiraan
Masih kuingat...
Suara seorang tua
Tanpa budi, tanpa simpati
Asing dan sepi
Hanya mengundang air mata yang pedih
Pasti...
Aku tidak kembali lagi
Aku pengembara di antara mata waktu
Dadaku sebak diiringi sendu
Jangan dilagukan nada sedih
Melontar jauh segala derita
dan biarkan ia jauh
Namun...
Semuanya mungkin
Mungkin tiada kesampaian
Aku hanyalah aku
Yang mencoretkan kata bingkisan usang
Dari bicara sepi seorang aku...Azrol
No comments:
Post a Comment